Rabu, 14 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN ETIKA SEBAGAI TUJUAN



AMELIA ADYANI
20212699
4EB19

PENDAHULUAN ETIKA SEBAGAI TUJUAN


A.             PENGERTIAN ETIKA

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Menurut Hamzah Yacub, Pengertian Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Dalam bahasa Indonesia, kata etika ini kurang begitu populer dan jarang dipergunakan, istilah etika lebih sering dipergunakan dalam kalangan terpelajar. Kata yang sepadan dengan etika serta yang biasa dipergunakan di dalam masyarakat adalah susila atau kesusilaan.
Etika dalam hukum islam merupakan bagian dari akhlak. Etika merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak bukan hanya menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan lahiriah saja. Akhlak ini mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu meliputi bidang akidah, ibadah dan syariah.

B.             PRINSIP-PRINSIP ETIKA

Ada 6 prinsip yang merupakan landasan penting dalam etika, yaitu:
1)        Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Maka dari itu etika manusia berkaitan atau mencakup nilai-nilai keindahan. Oleh karena itu, kita sebagai manusia memerlukan penampilan yang serasi dan indah atau enak dipandang mata dalam berpakaian dan menggunakannya pada waktu yang tepat. Bukankah tidak etis bila seseorang memakai gaun ke kantor atau tidak memakai sepatu ke kantor bahkan tidak sepatutnya seseorang menghadapi tamunya dengan menggunakan pakaian tidur.

2)        Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.

3)        Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.

4)        Prinsip Keadilan
Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.

5)        Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
a.      Kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan
b.      Kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan
pilihannya tersebut
c.       Kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya

6)        Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis atau rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.

C.             BASIS TEORI ETIKA

1)        Etika Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos yang memiliki arti tujuan. Dalam hal mengukur baik buruknya suatu tindakan yaitu berdasarkan tujuan yang akan dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari tidakan yang telah dilakukan. Dalam tori teleologi terdapat dua aliran, yaitu.
a.      Egoisme etis
Inti pandangan dari egoisme adalah tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri.
b.      Utilitarianisme berasal dari bahasa Latin yaitu utilis yang memiliki arti bermanfaat. Menurut toeri ini, suatu perbuatan memiliki arti baik jika membawa manfaat bagi seluruh masyarakat (The greatest happiness of the greatest number).

2)        Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang memiliki arti kewajiban. Jika terdapat pertanyaan “Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak karena buruk?”. Maka Deontologi akan menjawab “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dank arena perbuatan kedua dilarang”. Pendekatan deontologi sudah diterima oleh agama dan merupakan salah satu teori etika yang penting.

3)        Teori Hak
Dalam pemikiran moral saat ini, teori hak merupakan pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori hak ini merupaka suatu aspek dari teori deontologi karena berkaitan dengan kewajiban. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia adalah sama. Oleh karena itu, hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.

4)        Teori Keutamaan (Virtue)
Dalam teori keutamaan memandang sikap atau akhlak seseorang. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan seseorang untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh sifat yang dilandaskan oleh teori keutamaan yaitu kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras dan hidup yang baik.

D.            EGOISM
Egoism adalah teori teleologis etika yang menetapkan sebagai tujuan manfaat, kesenangan, atau terbesar baik dari diri sendiri. Hal ini kontras dengan altruisme, yang tidak ketat diri tertarik, tetapi mencakup dalam tujuannya kepentingan orang lain juga.
Ada 3 cara yang berbeda dimana teori egoism dapat disajikan :
1.      Egoism Psikologis
yaitu dimana secara alami manusia termotivasi hanya untuk mementingkan dirinya sendiri.
2.      Egoism Etis
aitu dimana manusia bertindak untuk mengambil keuntungan tapi tidak merugikan diri sendiri.
3.      Egoism Minimalis
yaitu dimana orang akan bertindak sedemikian rupa untuk mempromosikan kepentingan mereka sendiri.



CONTOH KASUS ETIKA
Kasus Dinda yang Marah-marah di Media Sosial karena Ibu Hamil yang Meminta Duduk Kepadanya di Kereta – Kompasiana.com

Dinda kini sedang menjadi buah bibir dan trending topik pembicaraan dan pembahasan dimana-mana. Di media sosial, media mainstream hingga media blog keroyokan seperti Kompasiana. Dinda marah-marah pada wanita hamil yang minta diberikan tempat duduk saat dalam perjalanan menggunakan kereta. Ada yang tidak simpatik dan marah-marah dengan sikap dinda tersebut, namun ada juga yang mencoba memaklumi atau bahkan membelanya.
Saya sendiri mengambil posisi menyesalkan sikap dinda tersebut. Namun yang paling saya sesali adalah adanya orang-orang yang memaklumi bahkan membela sikap dinda yang tidak toleran dan tidak peduli dengan wanita hamil. Kenyataan ini sangat menyedihkan karena dilakukan oleh generasi muda dan terjadi di Indonesia yang katanya manusianya relatif sopan dibandingkan orang-orang khususnya generasi muda di negara-negara sekuler. Sangat mengerikan lagi bila pembelaan yang diberikan pada Dinda, justru akan memperbanyak dinda-dinda baru di Indonesia, tidak hanya di angkutan umum berupa kereta api, namun juga terjadi di angkutan publik lainnya semisal bus kota. Dalam kekesalannya Dinda menuliskan di media sosial:
"Benci sama ibu-ibu hamil yang tiba-tiba minta duduk. Ya gue tahu lw hamil tapi plis dong berangkat pagi. Ke stasiun yang jauh sekalian biar dapat duduk, gue aja enggak hamil bela-belain berangkat pagi demi dapat tempat duduk. Dasar emang enggak mau susah.. ckckck.. nyusahin orang. kalau enggak mau susah enggak usah kerja bu di rumah saja. mentang-mentang hamil maunya dingertiin terus. Tapi sendirinya enggak mau usaha.. cape dehh, #notetomyselfjgnnyusahinorg!!”
Bisa jadi dalam situasi yang sama saat ada nenek-nenek renta yang meminta tempat duduknya Dinda akan bersikap yang sama. Bila makin banyak orang-orang seperti Dinda khususnya generasi muda yang berlaku demikian di kereta, bus kota atau angkutan umum lainnya, akan jadi apa Indonesia ke depan? Begitu mengerikannya.
Setiap orang yang pernah sekolah atau bisa membaca semestinya tahu mengapa harus bersikap toleran dan mengalah dengan wanita hamil. Silahkan baca diberbagai literatur atau bertanya pada dokter, pasti akan tahu bahwa wanita hamil sangat rentan mengalami masalah dalam kesehariannya apalagi jika dalam perjalanan. Oleh karena itu dalam angkutan publik selalu ada himbauan untuk mengutamakan mereka, bahkan seringkali ada tempat khusus untuk wanita hamil. Sayangnya selalu ada dan banyak pribadi-pribadi egois yang tidak mau mengalah pada wanita hamil.
Mereka yang menggunakan angkutan umum, bila mau belajar atau mau membaca, seharusnya tahu etika di dalam angkutan umum. Dimana-mana selalu ada tulisan berupa himbauan untuk mendahulukan orang tua, penyandang cacat, ibu hamil dan mereka yang membawa anak kecil. Bila tidak setuju atau tidak mau melaksanakan himbauan tersebut sebenarnya juga tidak akan menjadi heboh bila si Dinda tidak sampai menyebarkan kemarahan/kekesalannya di media sosial yang bisa diakses oleh publik. Walaupun menggunakan hastag #notetomyselfjgnnyusahinorg namun hal itu jelas basa-basi karena sengaja menunjukkannya ke ruang publik. Jadi wajar bila banyak yang mengecamnya. Dinda bisa saja berlaku seperti para pengecut lainnya misalnya dengan pura-pura tidur, sibuk membaca atau sibuk main ponsel/gadget. Dinda juga bisa menolak dengan tegas bila memang sedang sakit kakinya, apa susahnya menjawab: “maaf bu, kaki saya sedang sakit”, maka tidak akan ada yang mengecam sikap dinda tersebut.
Sejatinya apa yang dilakukan dinda bukanlah kontroversi karena sudah jelas standar etika dan sopan santunnya di masyarakat. Justru mereka yang membela sikap Dinda atau bahkan mendukungnya lah yang akan makin memperbanyak orang-orang seperti Dinda. Sangat mengerikan Indonesia ke depannya kalau memang terjadi demikian.


Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar