BAB II
PERILAKU
ETIKA DALAM BISNIS
A.
LINGKUNGAN
BISNIS YANG MEMPENGARUHI ETIKA
Tujuan
dari setiap bisnis adalah memperoleh keuntungan. Banyak perusahaan yang kurang sukses
dalam berusaha dikarenakan kurang jujur terhadap konsumen dan tidak menjaga
atau memelihara kepercayaan yang telah diberikan oleh konsumen. Dalam hal ini
peran manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara
etis.
Terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis yaitu sebagai berikut :
1.
Budaya Organisasi
Keseluruhan budaya perusahaan dampak
bagaimana karyawan melakukan diri dengan rekan kerja, pelanggan dan pemasok.
Lebih dari sekedar lingkungan kerja, budaya organisasi mencakup sikap manajemen
terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan otonomi / pemberdayaan
yang diberikan kepada karyawan. “Nada di atas” sering digunakan untuk
menggambarkan budaya organisasi perusahaan. Nada positif dapat membantu
karyawan menjadi lebih produktif dan bahagia. Sebuah nada negatif dapat menyebabkan
ketidakpuasan karyawan, absen dan bahkan pencurian atau vandalisme.
2.
Ekonomi Lokal
Melihat seorang karyawan dari pekerjaannya
dipengaruhi oleh keadaan perekonomian setempat. Jika pekerjaan yang banyak dan
ekonomi booming, karyawan secara keseluruhan lebih bahagia dan perilaku mereka
dan kinerja cermin itu. Di sisi lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran
yang tinggi, karyawan dapat menjadi takut dan cemas tentang memegang pekerjaan
mereka. Kecemasan ini mengarah pada kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan
dalam penilaian. Dalam beberapa karyawan, bagaimanapun, rasa takut kehilangan
pekerjaan dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan yang lebih baik.
3.
Reputasi Perusahaan dalam Komunitas
Persepsi karyawan tentang bagaimana
perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal dapat mempengaruhi perilaku.
Jika seorang karyawan menyadari bahwa perusahaannya dianggap curang atau murah,
tindakannya mungkin juga seperti itu. Ini adalah kasus hidup sampai harapan.
Namun, jika perusahaan dipandang sebagai pilar masyarakat dengan banyak
goodwill, karyawan lebih cenderung untuk menunjukkan perilaku serupa karena
pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari mereka.
4.
Persaingan di Industri
Tingkat daya saing dalam suatu industri
dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan karyawan, terutama dalam situasi
di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan. Dalam lingkungan yang sangat
kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan pemasok dapat menyelinap ke
bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih banyak pekerjaan. Dalam
industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru tidak masalah, karyawan
tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal mereka menyisihkan untuk
mengejar uang.
B.
KESALING
KETERGANTUNGAN ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT
Kesalingtergantungan bekerja didasarkan pada relasi kesetaraan,
egalitarianisme. Manusia bekerjasama, bergotong-royong dengan
sesamanya memegang prinsip kesetaraan. Tidak akan tercipta sebuah
gotong-royong jika manusia terlalu percaya kepada keunggulan diri dibanding yang
lain, entah itu keunggulan ras, agama, suku, ekonomi dan lain sebagainya.
Dalam masyarakat yang semakin maju, organisasi harus
dikelola secara efektif dan efisien. Pada dasarnya, organisasi yang mengelola
interaksi masyarakat dibagi menjadi organisasi profit dan nonprofit.
Organisasi nonprofit lebih berorientasi pada tujuan nilai sosial dengan lebih
menekankan kegiatan pelayanan pada kelompok masyarakat. Sedangkan organisasi
profit lebih menekankan pada tujuan mendapatkan keuntungan.
Bisnis merupakan aktivitas yang meliputi pertukaran barang, jasa, atau
uang yang dilakukan oleh 2 pihak atau lebih dengan maksud untuk
memperoleh manfaat atau keuntungan. Dengan demikian, dalam kegiatan
bisnis tercipta suatu hubungan sosial yang saling ketergantungan. Dalam perkembangan
selanjutnya bisnis tidak hanya menjaga tingkat keuntungan tertentu melainkan
juga berkepentingan untuk menjaga kelangsungan hidup sumber daya alam dan
lingkungan sosial.
Lingkungan bisnis memiliki ketergantungan yang kuat dengan fenomena
kehidupan ekonomi anggota masyarakat yang lainnya, karena itulah bisnis
mempunyai kepentingan untuk mengelola pihak-pihak yang berasal dari latar
belakang. Perusahaan tidak hanya berhubungan dengan masyarakat melalui berbagai
kebijakan, pada tingkat tertentu perusahaan juga berhubungan dengan masyarakat
melalui aktivitas-aktivitas yang secara tidak langsung berhubungan dengan
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan dan misi.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi etika adalah lingkungan makro dan
lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak
etis yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka
dari itu dalam perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan
dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau karyawan.
C.
KEPEDULIAN
PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA
Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai
peranan yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan
kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan untuk
menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah
sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang
tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari
perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tolak ukur dalam etika bisnis adalah standar
moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu mempertimbangkan standar moral
dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini dinilai baik atau buruk oleh
masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk bagi orang lain,
atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan
beberapa hal, antara lain pengendalian diri dan tidak mudah untuk
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan, mampu menyatakan hal yang benar, Menumbuhkan sikap saling
percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah,
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama dan lain sebagainya.
D.
PERKEMBANGAN
DALAM ETIKA DAN BISNIS
Di akui bahwa sepanjang sejarah
kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika.
Perhatian etika untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri.
Perbuatan menipu dalam bisnis , mengurangi timbangan atau takaran, berbohong
merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis. Namun
denikian bila menyimak etika bisnis sperti dikaji dan dipraktekan sekarang,
tidak bisa disangkal bahwa terdapat fenomena baru dimana etika bisnis mendapat
perhatian yang besar dan intensif sampai menjadi status sebagai bidang kajian
ilmiah yang berdiri sendiri.
Adapun di bawah ini yang
merupakan perkembangan etika bisnis yaitu :
1.
Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato,
Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya
mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana
kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan
otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis),
penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada
dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru
dalam kurikulum dengan nama Business and
Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3.
Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam
memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap
sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia
bisnis di AS.
4.
Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu
baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan
antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European
Business Ethics Network (EBEN).
5.
Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun
1990-an
Tidak
terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan
di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business,
Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
E.
ETIKA
BISNIS DAN AKUNTAN
Etika
bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan atau
mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Etika bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang profesional.
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1.
Pengendalian diri
2.
Pengembangan tanggung jawab sosial (social
responsibility)
3.
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4.
Menciptakan persaingan yang sehat
5.
Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6.
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi, Kolusi dan Komisi)
7.
Mampu menyatakan yang benar itu benar
8.
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan
pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
9.
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang
telah disepakati bersama
10. Menumbuh
kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di
Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika
dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan
dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan
kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan
keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang
diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang
diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban
untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah
ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban
yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok,
merck, vivendi universal dan bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan
bahwa etika sangat diperlukan dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka
perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik.
Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah
bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan
atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika,
maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi
tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.
CONTOH
KASUS BAB 2
PANGKALAN KERINCI, JurnalRiau.com - Akibat persaingan kurang
sehat pihak perusahaan kini melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja
yang diiming-imingi kenaikan gaji.Berawal dari kekecewaan dengan management PT
Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), ratusan karyawan di masing-masing
departemen perusahaan kayu yang berbasis di Pangkalan Kerinci mengancam bakal
hengkang dari perusahaan dan hijrah Ke PT Indah Kiat.
Kekecewaan tersebut dikarenakan perusahaan ini telah ingkar
janji dengan para karyawan terkait bonus yang akan diberikan. Dimana
sebelumnya, para karyawan yang bekerja di PT RAPP diberikan janji oleh pihak
management dengan bonus kesejahteraan bila target perusahaan tercapai. Namun
meski target perusahaan telah tercapai empat bulan lewat, janji perusahaan yang
akan memberikan bonus pada karyawan tak kunjung terealisasi.
Alhasil, para karyawan yang merasa dikecewakan berniat untuk
hengkang dari perusahaan kayu milik Taipan Sukanto Tanoto itu. Tak tanggung -
tanggung, ada sekitar 80 persen karyawan dari masing-masing departemen yang
berencana akan hengkang ke PT Indah Kiat. Namun niat para karyawan agak sedikit
terhalang, pasalnya pihak perusahaan tak mau melepaskan begitu saja para
karyawannya.
Beberapa Top Management PT RAPP seperti David Ceer, Timo
Hakkinen, Elwan Jumandri dan Jhoni W Sida langsung datang ke lokasi di Grand
Hotel Pangkalan Kerinci, Sabtu (10/4) tempat beberapa karyawan PT RAPP akan
melakukan interview dengan PT. Indah Kiat.
Dari pantauan sendiri di lokasi kejadian, memang beberapa
orang dari pihak perusahaan berpakaian preman terlihat mondar-mandir di
lingkungan hotel. Salah seorang karyawan yang akan diinterview oleh PT Indah
Kiat di Pangkalan Kerinci dan wanti-wanti namanya minta dirahasiakan mengakui
kekhawatirannya. Pasalnya, dia bersama kawan-kawannya melihat sendiri bahwa
pihak perusahaan
PT. RAPP membawa security berpakaian seragam dan bebas datang
ke lokasi hotel."Jujur saja, kami ketakutan pak, soalnya management
membawa security satu truk dan preman untuk menjegal kami agar tak jadi
diinterview," pungkas salah satu karyawan yang enggan disebut
identitasnya.
Dilain sisi menanggapi hal ini secara pribadi pihak
Stokeholder Relations Manager PT.RAPP Wan Zak kepada JurnalRiau, Minggu petang
(11/04/2010) mengatakan, bahwa hal itu tidak benar, soal pengamcanam untuk
hengkang sudah kedua kali. Dan untuk keluar dari perusahaan karyawan tergantung
kesepakatan Mou kontrak kerja sebelumnya. Jadi tak segampang itu.
Adanya rumor interview oleh pihak perusahaan pulp PT. Indah
Kiat, bagi sejumlah karyawan HRD Riaupulp, menurut wan Zack, tindakan itu
merupakan persaingan bisnis yang tak sehat. Dan dinilai merusak etika bisnis,
"Selama ini karyawan kita telah mendapat ilmu pengetahuan dan bimtek, yang
cukup handal, kenapa tiba-tiba ada perusahaan yang merekrut dengan sistem
persaingan tak sehat..," ucap Wan Zak.
Sementara Humas Relation PT. Indah Kiat, Nurul Huda ketika
dihubungi via ponselnya Minggu petang (11/04/10) mengaku belum mengetahui hal
itu. Karena yang menghandel masalah adalah HRD.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar