AMELIA ADYANI
20212699
3EB19
Berpikir Induktif
Induksi adalah
cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Jalan induksi mengambil jalan tengah,
yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang
menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu.
Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti
yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas
dengan dia benar pula.
Jenis-jenis berpikir induktif :
1. Generalisasi : merupakan penarikan
kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Dibagi menjadi 2 :
a) Generalisasi
Sempurna / tanpa loncatan induktif
=> fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan
Contoh:
- Sensus Penduduk
- Jika dipanaskan, besi memuai
Jika dipanaskan, baja memuai
Jika, dipanaskan, tembaga memuai
Jadi, jika dipanaskan semua logam memuai
b) Generalisasi Tidak
Sempurna / dengan loncatan induktif
=> fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada
Contoh:
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia
yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
Contoh:
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia
yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2. Analogi : Merupakan penarikan
kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki
karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
3. Kausal : Merupakan proses penarikan
kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola :
a) Sebab ke
akibat => Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan
sebagai
efek.
b) Akibat ke
sebab => Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang
dianggap
penyebabnya.
c) Akibat ke akibat =>
Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
Untuk berpikir induktif dalam bidang
ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu
rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles (Tim Dosen
Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan proses penalaran sebagai beriku:
1. Langkah pertama adalah mengumpulkan
fakta-fakta khusus
Pada langkah ini, metode yang digunakan
adalah observasi dan eksperimen. Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin, sedangkan
eksperimen dilakukan untuk membuat atau mengganti obyek yang harus dipelajari.
2. Langkah kedua adalah perumusan
hipotesis
Hipotesis merupakan dalil atau jawaban
sementara yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk
bagi penelitian lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus memenuhi syarat,
diantaranya dapat diuji kebenarannya, terbuka dan sistematis sesuai dengan
dalil-dalil yang dianggap benar serta dapat menjelaskan fakta yang dijadikan
fokus kajian.
3. Langkah ketiga adalah mengadakan
verifikasi
Hipotesis merupakan perumusan dalil atau
jawaban sementara yang harus dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta-fakta
atau juga diperbandingkan dengan fakta-fakta lain untuk diambil kesimpulan
umum. Proses verifikasi adalah satu langkah atau cara untuk membuktikan bahwa
hipotesis tersebut merupakan dalil yang sebenarnya. Verifikasi juga mencakup
generalisasi untuk menemukan dalil umum, sehingga hipotesis tersebut dapat
dijadikan satu teori.
4. Langkah keempat adalah perumusan teori
dan hukum ilmiah berdasarkan hasil verifikasi
Hasil
akhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah adalah terbentuknya hukum ilmiah.
Persoalan yang dihadapi adalah oleh induksi ialah untuk sampai pada suatu dasar
yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin semua hal diamati, atau
dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis bagi penyimpulan
berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk
diterapkan bagi semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya
dengan hipotesis adalah lebih tinggi.
Berfikir induktif dalam penelitian, ini berkaitan dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif tidak mendeduksi teori. Dalam penelitian kualitatif malah bisa melahirkan teori. Seperti yang dikerjakan Charles Darwin tentang teori evolusi. Perjalanan panjang Darwin menelusri setiap makhluk hidup dan perubahannya karena evolusi secara perlahan dari waktu ke waktu sehingga darwin dapat menemukan sebuah simpulan bahwa manusia termasuk jenis primata yang asalnya belum berdiri tegak kemudian berevolusi jadi manusia (walah…# meski sekarang teori ini masih dipertanyakan).
Contoh lain misalnya apa yang dilakukan Jean Piaget yang mengamati perilaku anaknya dari sejak mula bayi. Dan hingga saat ini teori piaget tentang fase kognitif anak belum ada yang membantahkan.
Jadi berfikir induktif dalam penelitian adalah melakukan penelitian dapat dengan tanpa mendasarkan teori terlebih dahulu. (kalau ada teori yang mendahuluinya juga boleh). Peneliti terjun langsung ke lapangan mencari temukan masalah. Contoh:
Bagaiman mengetahui kebudayaan suku asmat di Papua. Tentu untuk mengetahuinya tidak banyak teori yang mendukung, peneliti datang langsung ke lokasi, amati, bicara dengan suku asmat tersebut, maka kita akan mengetahui bagaimana kebudayaan suku asmat itu. Alur penelitian dengan nalar induktif berangkat dari bawah, artinya berangkat dari fakta di lapangan atau hasil grandtour dan minitour di lapangan. Melihat secara keseluruhan lapangan dan melihat secara terfokus. Dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara.
Berfikir induktif dalam penelitian, ini berkaitan dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif tidak mendeduksi teori. Dalam penelitian kualitatif malah bisa melahirkan teori. Seperti yang dikerjakan Charles Darwin tentang teori evolusi. Perjalanan panjang Darwin menelusri setiap makhluk hidup dan perubahannya karena evolusi secara perlahan dari waktu ke waktu sehingga darwin dapat menemukan sebuah simpulan bahwa manusia termasuk jenis primata yang asalnya belum berdiri tegak kemudian berevolusi jadi manusia (walah…# meski sekarang teori ini masih dipertanyakan).
Contoh lain misalnya apa yang dilakukan Jean Piaget yang mengamati perilaku anaknya dari sejak mula bayi. Dan hingga saat ini teori piaget tentang fase kognitif anak belum ada yang membantahkan.
Jadi berfikir induktif dalam penelitian adalah melakukan penelitian dapat dengan tanpa mendasarkan teori terlebih dahulu. (kalau ada teori yang mendahuluinya juga boleh). Peneliti terjun langsung ke lapangan mencari temukan masalah. Contoh:
Bagaiman mengetahui kebudayaan suku asmat di Papua. Tentu untuk mengetahuinya tidak banyak teori yang mendukung, peneliti datang langsung ke lokasi, amati, bicara dengan suku asmat tersebut, maka kita akan mengetahui bagaimana kebudayaan suku asmat itu. Alur penelitian dengan nalar induktif berangkat dari bawah, artinya berangkat dari fakta di lapangan atau hasil grandtour dan minitour di lapangan. Melihat secara keseluruhan lapangan dan melihat secara terfokus. Dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara.