Jumat, 31 Oktober 2014

TUGAS 1

AMELIA ADYANI
20212699
3EB19


Berpikir Induktif

     Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. 
      Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
       Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.

Jenis-jenis berpikir induktif :
1. Generalisasi : merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
    Dibagi menjadi 2 :
    a) Generalisasi Sempurna / tanpa loncatan induktif
        => fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan         
       Contoh:        
      - Sensus Penduduk        
    - Jika dipanaskan, besi memuai          
      Jika dipanaskan, baja memuai          
      Jika, dipanaskan, tembaga memuai          
      Jadi, jika dipanaskan semua logam memuai
    b) Generalisasi Tidak Sempurna / dengan loncatan induktif
        => fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada
         Contoh:
        Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia
     yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah        bangsa yang suka bergotong-royong.

2. Analogi : Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.

3. Kausal : Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
    Terdiri dari 3 pola :
    a) Sebab ke akibat => Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai
        efek.
    b) Akibat ke sebab => Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap 
        penyebabnya.
   c) Akibat ke akibat => Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.

Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan proses penalaran sebagai beriku:
1. Langkah pertama adalah mengumpulkan fakta-fakta khusus
Pada langkah ini, metode yang digunakan adalah observasi dan eksperimen. Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin, sedangkan eksperimen dilakukan untuk membuat atau mengganti obyek yang harus dipelajari.

2. Langkah kedua adalah perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan dalil atau jawaban sementara yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk bagi penelitian lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus memenuhi syarat, diantaranya dapat diuji kebenarannya, terbuka dan sistematis sesuai dengan dalil-dalil yang dianggap benar serta dapat menjelaskan fakta yang dijadikan fokus kajian.

3. Langkah ketiga adalah mengadakan verifikasi
Hipotesis merupakan perumusan dalil atau jawaban sementara yang harus dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga diperbandingkan dengan fakta-fakta lain untuk diambil kesimpulan umum. Proses verifikasi adalah satu langkah atau cara untuk membuktikan bahwa hipotesis tersebut merupakan dalil yang sebenarnya. Verifikasi juga mencakup generalisasi untuk menemukan dalil umum, sehingga hipotesis tersebut dapat dijadikan satu teori.

4. Langkah keempat adalah perumusan teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil verifikasi
Hasil akhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah adalah terbentuknya hukum ilmiah. Persoalan yang dihadapi adalah oleh induksi ialah untuk sampai pada suatu dasar yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin semua hal diamati, atau dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis bagi penyimpulan berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk diterapkan bagi semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya dengan hipotesis adalah lebih tinggi.

    Berfikir induktif dalam penelitian, ini berkaitan dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif tidak mendeduksi teori. Dalam penelitian kualitatif malah bisa melahirkan teori. Seperti yang dikerjakan Charles Darwin tentang teori evolusi. Perjalanan panjang Darwin menelusri setiap makhluk hidup dan perubahannya karena evolusi secara perlahan dari waktu ke waktu sehingga darwin dapat menemukan sebuah simpulan bahwa manusia termasuk jenis primata yang asalnya belum berdiri tegak kemudian berevolusi jadi manusia (walah…# meski sekarang teori ini masih dipertanyakan).
Contoh lain misalnya apa yang dilakukan Jean Piaget yang mengamati perilaku anaknya dari sejak mula bayi. Dan hingga saat ini teori piaget tentang fase kognitif anak belum ada yang membantahkan.
     Jadi berfikir induktif dalam penelitian adalah melakukan penelitian dapat dengan tanpa mendasarkan teori terlebih dahulu. (kalau ada teori yang mendahuluinya juga boleh). Peneliti terjun langsung ke lapangan mencari temukan masalah. Contoh:
Bagaiman mengetahui kebudayaan suku asmat di Papua. Tentu untuk mengetahuinya tidak banyak teori yang mendukung, peneliti datang langsung ke lokasi, amati, bicara dengan suku asmat tersebut, maka kita akan mengetahui bagaimana kebudayaan suku asmat itu. Alur penelitian dengan nalar induktif berangkat dari bawah, artinya berangkat dari fakta di lapangan atau hasil grandtour dan minitour di lapangan. Melihat secara keseluruhan lapangan dan melihat secara terfokus. Dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara.